Pertama-tama, saya tidak sedang berbicara tentang kompleks perumahan Citra! Kedua, saya juga tidak berbicara apa pun yang berhubungan dengan label Citra milik Ciputra. Yang saya bicarakan adalah citra yang memiliki hubungan dengan integritas.
Meskipun sudah sering melihat, mendengar berita mengenai buruknya birokrasi di Indonesia, baru pada hari ini, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa birokrasi di negeri tercinta ini lebih dari buruk, sudah sangat bobrok kalau boleh dibilang.
Betapa buruknya hal tersebut dapat dilihat dengan jelas apabila anda membuat SIM (surat izin mengemudi) di Samsat. Hampir semua orang yang datang untuk membuat SIM dengan menggunakan perantara (baca: calo). Biasanya dibutuhkan sekitar Rp.500,000.00 untuk membuat SIM dengan bantuan perantara. Pada awalnya saya berpikir bahwa uang dengan jumlah demikian digunakan sepenuhnya untuk para perantara, namun dengan mendatangi sendiri samsat, saya mengerti, bahwa jumlah yang telah disebutkan digunakan untuk melicinkan proses (baca: menyogok) pembuatan SIM. Bayangkan saja, normalnya untuk membuat SIM membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam, sedangkan saya bersama dengan beberapa teman saya hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam, dan kami melewati semua prosedur yang melelahkan.
Saat berada di Samsat, saya memperhatikan perantara kami yang bergerak ke sana kemari. Segeralah saya mengerti maksud dari gerakannya. Si perantara ternyata mengurus segala proses, dengan memberikan pelicin pada setiap orang yang bertugas di bagian-bagian yang terlibat.
Hal inilah yang membuat saya heran. Padahal setibanya di Samsat, terpampang dengan jelas poster yang melarang kita membuat SIM dengan perantara, namun masih saja masyarakat (termasuk saya sendiri) menggunakan jasa perantara. Hal ini menunjukkan identitas sebagian besar dari masyarakat negeri ini yang bukan hanya tidak ingin repot, namun juga tidak mengindahkan peraturan yang ada.
Hal ini juga cukup bisa untuk dimaklumi, melihat para petugas yang mau-maunya menerima pelicin, serta sulitnya membuat SIM dengan proses normal (konon, untuk berhasil, datang sekali tidaklah cukup, kira-kira 4 kali datanglah, masing-masing biaya yang dikeluarkan @ 125k) cukuplah menunjukkan citra dari bangsa ini yang cukup dikenal dengan budaya KKN. Ternyata terbukti bahwa Korupsi terjadi di setiap tingkatan pemerintahan.
Sedih melihat hal ini menjadi sangat umum di masyarakat. Sebagian masyarakat hanya bisa mengkritik (seperti saya sendiri), sering kali tidak membuat tindakan yang nyata. Mari, kita ubah citra bangsa kita yang terkenal akan budaya korupsinya, dengan sebisa mungkin menjauhi (harus, bukan sebisa mungkin!) budaya ini. Citra tersebut bisa diubah apabila kita mengubah integritas kita terlebih dahulu dan hal ini bisa dimulai sejak dini oleh para generasi muda. Kalau bukan kita,para generasi muda, siapa lagi?
No comments:
Post a Comment